Dahulu kala di sebuah negeri yang jauh, hidup seorang pemuda yang baik
hati. Nama pemuda itu adalah Karim. Sehari-hari Karim bekerja mengambil kayu
bakar di hutan dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya
makanan. Hal itu terus berulang setiap harinya.
Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan dari mencari kayu bakar, ia
melihat seekor angsa yang terlilit pada sulur tanaman merambat. Angsa itu
sedang meronta-ronta coba melepaskan diri. Karim pun segera menghampiri angsa
tersebut dan melepaskan jeratan sulur tanaman itu.
Angsa itu sangat gembira, ia berputar-putar di sekeliling Karim lalu
berlari masuk ke dalam hutan.
Saat itu sedang turun salju. Udara di luar rumah sangat dingin. Karim
sedang menyalakan tungku untuk memasak makan malamnya. Saat itu terdengar
ketukan pintu di luar rumahnya.
Ketka pintu dibuka, ternyata seorang gadis yang sangat cantik sedang
berdiri di depan pintu tersebut.
“Ada apa Nona?” ujar Karim.
“Bolehkah aku berteduh sebentar? Di luar salju sedang turun dengan
lebat,” jawab gadis itu.
“Ya, masuklah nona, anda pasti sangat kedinginan, silahka hangatkan badanmu
dekat tungku,” kata Karim.
“Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan, tetapi salju turun dan aku bingung
mau berteduh di mana.” Tanpa di tanya gadis itu memberi penjelasan kepada
Karim.
“Bolehkah aku menginap di sini malam ini tuan?”
“Oh, boleh nona. Tapi apakah nona tidak keberatan dengan tempat saya yang
jelek ini?” kata Karim.
“Tidak apa-apa tuan, yang penting bukan tempatnya, tapi kerelaan dari
tuan.” Jawab gadis itu lembut.
“Tentu saja dengan senang hati saya mengijinkan nona untuk menginap di
sini,” kata Karim.
“Kalau begitu silahkan istirahat dulu nona,”
“Teimakasih tuan.”
Keesokan harinya saat Karim terbangun dari tidurnya, gadis itu sudah
menyiapkan sarapan untuknya.
“Tuan, saya mengucapkan banyak terimakasih karena telah diijinkan menginap
di tempat ini, sekarang saya mau pamit untuk melanjutkan perjalanan saya,” kata
gadis itu.
“Tunggu! Di luar masih hujan salju. Daripada nona mengalami sesuatu yang
buruk, lebih baik nona di sini saja dulu sampai salju mereda,” kata Karim.
Setelah seminggu berlalu salju pun reda. Tiba-tiba gadis itu berkata kepada
Karim, “Tuan, jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal bersama tuan
di rumah ini.”
Karim merasa senang sekali mendengar permintaan gadis itu.
“Dan mulai saat ini panggillah saya dengan Namira,” kata gadis itu.
Setelah menjadi istri Karim, Namira mengerjakan pekerjaan rumah dengan
sungguh-sungguh. Suatu hari, Namira meminta suaminya, Karim, membelikannya
benang karena ia ingin menenun.
Kemudian Karim pun membelikan istrinya benang. Keesokan harinya Namira
mulai menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan seklai-kali mengintip ke
dalam kamar di mana Namira menenun.
Setelah dua hari berturut-turut menenun tanpa makan dan minum, Namira pun
keluar dari kamar. Kain tenunannya telah selesai.
“Suamiku, juallah kain tenunanku ini ke kota. Pasti akan laku dengan harga
tinggi.”
Karim pun berangkat ke kota untuk menjual kain hasil tenunan istrinya itu.
Ternyata benar, kain itu di beli orang dengan harga yang cukup mahal. Sebelum
pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk istrinya di rumah.
“Istriku, benar katamu! Kain tenunanmu laku dengan harga tinggi. Kita
sekarang memiliki uang yang banyak.”
Seminggu kemudian ketika Karim sedan berada di kota guna membeli kebutuhan
rumah, para saudagar pembeli kain tenunan istrinya dulu kembali memesan kain
yang sama.
Sesampainya di rumah Karim menceritakan hal itu kepada istrinya.
“Baiklah, aku akan menenunnya”, ujar Namira.
Empat hari kemudian kain itupun selesai ditenun. Tetapi keadaan Namira
sedikit berbeda. Ia nampak kurang sehat, dan tubuhnya menjadi kuru. Namira meminta
suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi.
Lalu Karim berangkat ke kota untuk mengantarkan kain pesanan itu.
Sesampainya di sana ternyata suasana di kota sedang ramai. Orang sedang
membicarakan kain tenunan dari hasil karya istri Karim. Mereka mengatakan
tenunan kain tersebut sangat bagus, kualitasnya jauh dibanding kain-kain yang
ada pada saat itu.
Hingga berita tentang ketenaran kain tenunan Namira itu sampai di telinga
permaisuri kerajaan. Ia pun memaksa sang raja untuk mendapatkannya.
Lalu sang rajapun memberi titah kepada pengawalnya untuk mencari dan
mendapatkan kain tenun yang sangat terkenal itu. Bertemulah pengawal raja itu
dengan Karim.
Pengawal itu kemudian memerintahkan Karim untuk membawakannya satu kain
lagi untuk sang permaisuri. Jika ia tidak bisa membawakannya maka hukuman
baginya adalah penjara.
Setelah itu Karim pulang ke rumah. Segala kejadian di kota tadi ia
ceritakan kepada istri tercintanya itu.
“Bagaimana ini istriku? Kemarin engkau telah melarangku untuk memintamu
membuatkan kain tenun lagi,” kata Karim kebingungan, “Tetapi ancaman dari raja
juga sangat serius.”
“Baiklah suamiku. Untuk terakhir kalinya aku akan membuatkannya”, kata
Namira.
Karena cemas dengan kondisi istrinya yang semakin lemah dan kurus setiap
habis menenun, Karim pun berkeinginan untuk melihat ke dalam kamar tempat
istrinya biasa menenun.
Tetapi ia sangat terkejut ketika melihat apa yang ada di dalam kamar
tersebut. Ternyata di dalam kamar itu ada seekor angsa yang sedang mencabuti
bulunya untuk ditenun menjadi kain. Dan kini badan angsa itu sudah hampir
gundul kehabisan bulu.
Angsa itu akhirnya sadar dirinya sedang diperhatikan oleh Karim, angsa itu
pun berubah wujud kembali menjadi Namira.
“Akhirnya kau melihat wujud asliku suamiku,” kata Namira.
“A..pa yang sedang terjadi istriku?” tanya Karim gagap, ia merasa kaget
sekaligus shock melihat kenyataan di depan matanya.
“Sebenarnya aku adalah seekor angsa yang dulu pernah engkau tolong,” jawab
Namira, “Untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan
hal ini.”
“karena engkau telah melihat wujud asliku, berarti sudah saatnya aku
berpisah denganmu,” lanjut Namira.
“Namira, tolong maafkan aku telah melanggar pesanmu, tetapi mohon engkau
jangan pergi,” kata Karim.
Namun Namira sudah berlalu pergi keluar rumah dan berubah wujud kembali
menjadi seekor angsa. Lalu angsa itu pun berlari masuk ke dalam hutan.
0 komentar:
Posting Komentar