Dampak Negatif dan Dampak Positif Demam

Dampak Positif Demam
Keberadaan demam berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit. Fungsi pertahanan tubuh manusia bekerja lebih baik pada temperatur tinggi/demam dibandingkan suhu normal. Komponen-komponen sistem kekebalan tubuh, seperti sel darah putih (leucocyt) dan lymphocyt (salah satu jenis sel darah) akan bekerja lebih baik melawan kuman dalam keadaan suhu tubuh yang meningkat ketimbang suhu tubuh normal. Selain itu, jumlah interferon, yang merupakan salah satu substansi antivirus dan antikanker dalam darah, juga akan meningkat dengan adanya demam. Jadi tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menurunkan suhu tubuh ketika anak demam terlalu cepat lewat pemberian obat penurun panas justru akan melemahkan sistem kekebalan tubuhnya.
Terjadinya demam memiliki tujuan untuk membunuh virus, bakteri atau kuman yang menyerang. Demam menjadi sebuah reaksi alamiah tubuh terhadap adanya infeksi. Sehingga ketika seorang anak mengalami infeksi, keberadaan demam sangat bermanfaat demi kesembuhannya. Selain itu, demam yang terjadi karena infeksi bakteri atau virus, pada umumnya tidak akan menyebabkan kerusakan otak atau kerusakan fisik permanen seperti anggapan yang telah dianut selama ini. Hanya demam di atas 42,2 derajat Celcius yang telah diketahui dapat menyebabkan kerusakan otak.
Namun yang jadi masalah sekarang adalah paradigma atau pemahaman negatif orang tua terhadap demam yang sudah terlanjur ada dan turun-temurun. Demam anak menimbulkan fobia bagi banyak orang tua. Pemahaman bahwa demam harus segera diturunkan sudah tertanam di benak orang tua, demam diartikan sebagai penyakit, penyebab kerusakan otak, mempengaruhi kecerdasan anak, dan lain-lain. Kegelisahan orang tua inilah yang bisa menjadi penyebab kesalahan dalam menangani demam pada anak. Anak yang panas badannya langsung dicekoki obat penurun panas tanpa memastikannya terlebih dulu. Padahal, berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya jelas bahwa demam bukanlah musuh yang harus diperangi. Karena itu penggunaan obat penurun panas sebaiknya betul-betul diberikan secara rasional. Bahkan beberapa negara sudah membuat peraturan agar para dokter tidak gampang meresepkan obat untuk anak-anak yang sedang demam. Penggunaan obat penurun panas diberikan ketika demam mencapai 40,5 derajat Celcius atau lebih.
Merubah paradigma dan pemahaman tentang demam ini bukanlah hal yang mudah, karena pemahaman tersebut sudah terlanjur mendarah daging dalam masyarakat. Akan tetapi, penjelasan tentang manfaat dari demam itu sendiri tetap harus diberikan kepada para orang tua, juga tentang dampak negatif pemberian obat penurun panas pada anak. Dengan begitu, diharapkan demam tidak lagi menjadi momok yang menyebabkan fobia bagi orang tua.
Komplikasi dan Dampak Negatif Demam
Segala sesuatu pasti memiliki sisi positif dan negatif, begitupun dengan terjadinya demam. Meskipun demam adalah mekanisme pertahanan yang dibutuhkan sebagai salah satu bentuk perlawanan tubuh terhadap infeksi, tetapi terjadinya demam juga disertai dengan hal-hal yang negatif. Dampak negatif demam meliputi hal-hal yang signifikan, diperlukan perhatian tinggi dari orang tua yang menanganinya. Di antaranya adalah:
  1. Meningkatkan resiko dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Terjadinya dehidrasi disebabkan oleh peningkatan penguapan cairan tubuh saat anak demam, sehingga anak bisa kekurangan cairan. Untuk mengetahui anak mengalami dehidrasi yang paling mudah adalah dengan melihat intensitas kencing anak. Berkurangnya kencing anak dan air kencing berwarna lebih gelap daripada biasanya adalah tanda anak mengalami dehidrasi. Penanganan utama pada anak demam adalah dengan memberikan asupan cairan dalam jumlah yang memadai. Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak memaksa anak untuk makan. Untuk bayi yang demam, pemberian ASI dilakukan lebih banyak atau sering. Selain minum, orang tua juga bisa memberikan sup atau buah-buahan yang banyak mengandung air kepada anak. 
  2. Adanya kemungkinan kekurangan oksigen. Hal ini terjadi pada anak yang demam dengan penyakit paru-paru atau penyakit jantung. 
  3. Menyebabkan kerusakan neurologis (syaraf). Kerusakan otak karena demam bisa terjadi ketika demam mencapai lebih dari 42 derajat Celsius. Akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Sampai saat ini belum ada bukti penelitian yang menunjukkan bahwa demam di bawah 42 derajat Celsius bisa menyebabkan kerusakan otak. 
  4. Kejang demam. Kejang demam umumnya terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun (balita), terutama pada umur di antara 6 bulan dan 3 tahun, khususnya pada temperatur rektal di atas 40 derajat selsius. Selanjutnya kejang demam biasanya hilang dengan sendirinya, dan tidak menyebabkan gangguan neurologis (kerusakan saraf).


Silahkan Baca Juga Artikel Menarik Lainnya:

0 komentar: