Pencarian Bakat Anak

pencarian bakat, bakat anak
Istilah tentang bakat sebenarnya sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Dan pada umumnya istilah bakat ini diartikan secara luas dalam bermacam-macam tujuan. Misalnya ada seorang ibu yang berkata bahwa anaknya sangat berbakat karena melihat prestasi anaknya di sekolah. Atau pada masalah lain seseorang mengeluh bahwa ia tidak memiliki bakat pada suatu pekerjaan yang sedang ia geluti karena sering mengalami kegagalan. Tokoh-tokoh seperti Mozart dan Beethoven disebut-sebut sebagai orang-orang yang berbakat di bidang musik. Tokoh lain seperti David Beckam, Zidane, dan Lionel Messi juga dikatakan sebagai orang-orang yang berbakat.



Penggunaan istilah bakat seperti disebutkan dalam deretan contoh di atas umumnya dinisbahkan kepada orang-orang yang memiliki prestasi tinggi. Lalu muncul pertanyaan-pertanyaan penting seputar bakat ini. Dari mana datangnya kemampuan orang-orang yang dikatakan berbakat tersebut? Karena dari bakat bawaan kah? Atau karena sudah ditakdirkan begitu? Karena latihan keras? Karena mereka istimewa dari orang lain pada umumnya?

Pada dasarnya, setiap anak memiliki potensi dan bakat yang sudah dibawa semenjak lahir, oleh karena itu sebaiknya orang tua segera mendeteksi hal-hal seperti ini sejak dini agar secepatnya dapat menentukan cara pengembangan yang tepat untuk memaksimalkan potensi sang buah hati.

Selain itu, ada kaitan antara pembentukan konsep diri yang positif dengan pengembangan bakat anak, ada pengaruh timbal balik antara bakat dan pembentukan konsep diri. Hal ini terjadi karena kesuksesan atau prestasi seorang anak dalam suatu hal akan membantu membentuk konsep dirinya. Begitupun sebaliknya, konsep diri yang terbentuk itu, apakah positif ataupun negatif, akan sangat mempengaruhi bagaimana prestasinya dalam tingkat perkembangan anak selanjutnya. Anak yang tidak bisa mengembangkan bakatnya akan mengalami kegagalan dan ini memiliki dampak yang negatif baginya, seperti anak akan mengkonsep dirinya menjadi orang yang tidak mampu, kepercayaan dirinya akan turun, dan akibat-akibat negatif lainnya.

Dalam uraian selanjutnya dalam buku ini akan dijelaskan secara rinci perihal bakat anak. Hal ini kiranya dapat membantu kebutuhan informasi bagi orang tua dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar bakat-bakat yang dimiliki anaknya, bagaimana mengenalinya dan bagaimana cara mengembangkan bakat-bakat tersebut.

Pengertian bakat


Bakat merupakan salah satu kajian dalam ilmu psikologi. Istilah yang dipakai dalam literatur psikologi untuk bakat adalah aptitude. Biasanya bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. Pengertian lain yang senada mendefinisikan bakat sebagai suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus dapat mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Kemampuan yang dimaksud contohnya kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, kemampuan olah raga dan lain sebagainya. Potensi adalah daya yang tersedia pada seseorang yang dimungkinkan berkembang ke arah tertentu. Daya ini dibawa sejak lahir.

Orang yang memiliki suatu bakat tertentu berbeda dengan orang yang tidak memiliki bakat tersebut. Misalnya, dua orang anak dilatih bersama bermain sepak bola dengan porsi latihan yang sama. Anak yang telah memiliki bakat olahraga sepakbola akan lebih cepat mahir ketimbang anak yang tidak memiliki bakat olahraga sepakbola. Jadi kesimpulannya bakat memanglah bawaan seseorang, akan tetapi sifat bawaan itu tidak serta merta membuat seseorang ahli di bidang yang telah menjadi bakatnya. Bawaan yang dimaksud masih bersifat potensi atau daya, sehingga jika tidak dirangsang, dilatih dan dikembangkan maka bakat tersebut bisa tetap terpendam. Dan setiap anak yang lahir ke dunia pasti membawa bakatnya masing-masing. Hanya saja tiap individu tidaklah sama, karena pada prinsipnya setiap orang di dunia ini adalah unik.

Bakat merupakan interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan. Setiap anak lahir dengan potensi-potensi tertentu, setelah lahir ia mulai mempelajari berbagai hal. Hasil belajar ini beserta dengan rangsangan yang berasal dari lingkungan memungkinkan anak untuk mengembangkan potensi yang dibawanya sejak lahir berupa kemampuan-kemampuan khusus yang disebut bakat.

Bakat seorang anak bisa muncul hanya jika kemampuan yang dimilikinya diberi kesempatan untuk berkembang melalui proses belajar atau latihan. Bakat merupakan suatu potensi yang akan muncul setelah memperoleh pengembangan dan latihan. Dan yang penting lagi adalah mengenali bakat yang dimiliki anak. Anak yang memiliki bakat tertentu, akan selalu terpendam jika bakat tersebut tidak dikenali atau diketahui baik oleh orang yang bersangkutan atau lingkungan khususnya orang tua.

Pengaruh lingkungan terhadap bakat


Seperti disebutkan sebelumnya bahwa bakat menentukan prestasi. Anak yang memiliki bakat berbahasa, misalnya, diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang bahasa. Prestasi adalah perwujudan dari bakat dan kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.

Akan tetapi, orang yang berbakat belum tentu selalu mencapai prestasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor lain yang ikut terlibat dan menentukan sejauh mana bakat seorang anak dapat terwujud. Faktor-faktor itu sebagian ditentukan oleh keadaan lingkungan seseorang seperti kesempatan, sarana dan prasarana atau fasilitas yang tersedia, dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, dan sebagainya.

Sebagian faktor ditentukan oleh keadaan dalam diri anak itu sendiri. Faktor internal ini berbentuk minat terhadap suatu bidang, keinginan atau motivasi untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan dan rintangan yang harus dihadapi. Sejauhmana anak dapat mencapai prestasi yang unggul, banyak bergantung kepada motivasinya untuk berprestasi, di samping bakat bawaannya.

Bakat adalah interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan. Bakat yang telah dibawah sejak lahir dikembangkan melalui olahan lingkungan, misalnya melalui latihan. Akan tetapi suatu bakat juga dibatasi oleh dua hal, yaitu dibatasi oleh sifat bawaan itu sendiri dan dibatasi lingkungan. Bakat dibatasi oleh sifat bawaan misalnya, walaupun dilatih bagaimanapun kerasnya, seekor kera tidak akan bisa berbicara, karena keterbatasan dalam berbicara yang menjadi bawaannya.

Sedangkan lingkungan, bakat seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Lingkungan bisa menekan bakat karena tidak memberinya kesempatan untuk mengembangkan bakat itu sendiri. Misalnya, seorang anak dengan bakat musik, kemampuan itu tidak akan muncul bila tidak diberikan kesempatan oleh lingkungan untuk merealisasikan bakat tersebut.
2. Lingkungan menyediakan kemungkinan-kemungkinan untuk melatih atau mengulang-ulang suatu keterampilan, baik keterampilan fisik maupun keterampilan mental.
3. Lingkungan membantu menjuruskan, mengarahkan secara khusus, misalnya keterampilan motorik, dan sebagainya.
4. Lingkungan bisa merangsang peningkatan dorongan belajar terhadap satu keterampilan, dan menghambat dorongan belajar terhadap segi keterampilan yang lain.

Selain itu, bakat ini juga bisa muncul secara optimal tergantung pada kondisi-kondisi tertentu, seperti adanya syarat kematangan. Misalnya kematangan otot dan syaraf, anak belajar berjalan, bila pada saat otot kaki anak tersebut telah tepat matang sementara ia tidak diajarkan berjalan, maka kemampuan berjalan anak tersebut akan terhambat.

Lingkungan yang mempengaruhi pengembangan bakat dapat berupa keluarga, lingkungan sosial, lingkungan edukasi seperti sekolah. Berikut adalah hal-hal yang menyangkut lingkungan yang mempengaruhi terhambatnya perkembangan bakat anak. Yaitu:

1. Faktor lingkungan

a. Situasi rumah yang tidak atau hanya sedikit memberikan stimulasi atau rangsangan kepaada anak.
b. Sikap orang tua yang acuh tak acuh terhadap pendidikan.

2. Faktor bahasa

a. Kurang kesempatan untuk mempelajari bahasa dengan baik.
b. Kurang perangsangan intelektual verbal, dan sebagainya.

3. Faktor kebudayaan

a. Kurang kesempatan mendapat pengalaman kebudayaan yang merangsang perkembangan intelektual.
b. Ketidakjelasan mengenai nilai-nilai kebudayaan, sehingga anak tidak mempunyai pegangan.

4. Keadaan ekonomi

a. Penghasilan keluarga yang rendah.
b. Keluarga yang terlalu besar.
c. Anak harus ikut mencari nafkah. Ketidak mampuan untuk membeli buku-buku atau mendapat macam-macam pengalaman di luar rumah, dan lain sebagainya.


Silahkan Baca Juga Artikel Menarik Lainnya:

0 komentar: