Dalam kehidupan kita sehari-hari kita telah mengenal istilah gelombang dengan berbagai maknanya. Ada gelombang air yang ada dilautan yang artinya riak-riak air besar, gelombang demonstrasi yang bermakna banyaknya orang yang melakukan aksi demonstrasi, gelombang radio, gelombang elektromagnetik, dan lain-lain. Ternyata, otak yang kita milikipun mempunyai gelombang-gelombang yang dipancarkan. Hal ini disebabkan oleh impuls-impuls listrik yang dihasilkan oleh otak kita.
Gelombang listrik yang dihasilkan otak bersifat fluktuatif, biasa disebut dengan brainwave. Dikatakan fluktuatif karena pada satu waktu otak manusia mampu menghasilkan beberapa jenis gelombang secara bersamaan. Jenis-jenis gelombang otak yang dihasilkan menunjukkan perbedaan aktivitas atau keadaan seseorang.
Gelombang otak diukur dengan dua cara yaitu amplitudo dan frekuensi. Amplitudo adalah besarnya daya impuls listrik yang diukur dalam satuan micro volt. Frekuensi adalah kecepatan emisi listrik yang diukur dalam cycle perdetik atau hertz. Frekuensi impuls menentukan jenis gelombang otak yang dihasilkan. Gelombang-gelombang otak yang telah dikenal adalah gelombang beta, alfa, theta, dan delta.
Pengukuran gelombang otak manusia dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur gelombang yang bernama Electro Encephalograph (EEG) dan Brain Mapping. EEG digunakan untuk memeriksa getaran, frekuensi, sinyal atau gelombang otak yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kondisi kesadaran. Sementara Brain Mapping bekerja untuk pemeriksaan fisik, seperti untuk mengetahui gangguan, kerusakan atau cacat otak (tumor, pecahnya pembuluh darah, benturan kepala, dan sebagainya).
Berikut adalah empat gelombang otak yang telah dikenal:
· Gelombang Beta
Gelombang beta adalah gelombang otak yang memiliki frekuensi paling tinggi di antara 3 gelombang otak lainnya dan terbagi menjadi; beta rendah 12-15 Hz, beta sedang 16-20 Hz, dan beta tinggi 21-40 Hz. Gelombang beta dihasilkan pada proses berpikir aktif secara sadar. Gelombang beta ini bisa saja ‘menghilang’ saat kita memfokuskan pikiran. Gelombang beta ini dibutuhkan untuk fungsi menyadari terhadap apa yang sudah, sedang dan akan dilakukan, juga berguna dalam berpikir kreatif. Jadi pada kondisi gelombang beta ini seseorang berada pada kondisi sadar aktif.
Gelombang beta membantu kita untuk fokus dan konsentrasi. Dalam kondisi beta ini juga kita akan lebih mudah dalam proses analisa, penyusunan informasi, ide-ide, dan kreatifitas.
· Gelombang Alfa
Gelombang alfa memiliki frekuensi gelombang yang lebih lambat dibandingkan beta, yaitu 8-12 Hz. Pada kondisi alfa berarti seseorang berada pada kondisi santai atau rileks. Pada kondisi ini pula seseorang bisa lebih dapat merasakan sensasi dengan lima indera dan apa yang terjadi atau dilihat dalam pikirannya. Kondisi alfa ini dikenal juga sebagai “gerbang” bawah sadar. Karena ia menjadi penghubung antara pikiran sadar dan bawah sadar. Gelombang alfa biasa juga dihasilkan ketika seseorang bermeditasi ringan.
· Gelombang Theta
Gelombang theta mempunyai frekuensi gelombang sebesar 4-8 Hz. Gelombang ini dihasilkan oleh pikiran bawah sadar. Gelombang theta muncul ketika seseorang dalam keadaan tidur ringan, saat terjadi episode tidur REM, atau sangat mengantuk. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kita bisa saja memunculkan kondisi pada kondisi theta dengan cara bermeditasi hingga tahap yang sangat dalam. Semua pengalaman meditatif dapat dirasakan pada kondisi theta, misalnya keheningan, ketenangan, kedalaman, dan puncak kebahagiaan.
Gelombang theta ini juga diduga berhubungan dengan mekanisme pelepasan stres dan proses mengingat kembali. Dalam keadaan ini diibaratkan otak sedang mereplay semua aktivitas yang dilakukan seharian penuh, menata ulang ingatan sekaligus menempatkannya ke gudang penyimpanan. Karena itulah dikatakan bahwa tidur adalah satu langkah penting yang dianjurkan sebagai rangkaian proses mengingat yang lebih baik.
· Gelombang Delta
Gelombang delta merupakan gelombang otak yang paling lambat, yaitu memiliki frekuensi sekitar 0,1-4 Hz. Delta merupakan frekuensi dan pikiran semisadar. Otak dapat menghasilkan gelombang delta pada saat tidur lelap, yang bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik. Pada orang tertentu, saat dalam kondisi sadar, delta dapat muncul bersama dengan gelombang lainnya. Dalam keadaan itu, delta bertindak sebagai “radar” yang mendasari kerja intuisi, empati, dan tindakan yang bersifat insting.
0 komentar:
Posting Komentar